|
Abaya (Sumber: tokopedia.com) |
Pantun Nasihat
Oleh: Bu Kanjeng
1.Pergi ke pasar membeli abaya,
Dipilih yang halus dan cantik.
Jadilah penyemangat penuh upaya
Disayang teman karena simpatik
.
2.Bunga melati harum di taman
Mekar mewangi indah dipandang.
Jaga tutur kata yang sopan,
Agar hati penuh kasih sayang
3. Bulan terang di saat purnama
Cahayanya indah menembus hati
Jadilah inspirasi bagi sesama,
Sebagai pembelajaran sejati
4 Burung berkicau di dahan rindang,
Suaranya merdu menggema di teras
Tersenyumlah obati yang bimbang
Memberi nasihat hati yang keras
5. Air jernih mengalir di kolam
Banyak ikan berjoget gembira
Hati bersih harus ditanam
Jangan pernah banyak bicara
6.Pelangi muncul setelah hujan,
Warna-warni indah dipandang
Fokuslah pada satu tujuan
Jangan sampai asa terhalang
7.Gunung Merapi tinggi menjulang
Kokoh berdiri di balik cahaya
Semua janji harus dipegang
Jadilah orang yang dipercaya
8.Laut luas simpan berjuta rahasia,
Gelombangnya bergulung-gulung.
Hidup ini jangan disia-sia
Jadilah pribadi tangguh dan ulung
9. Bulan purnama bersinar terang,
Menerangi gelapnya malam.
Jadilah teladan untuk banyak orang
Jangan dekati perbuatan haram
10.Kupu-kupu cantik tersenyum manis
Menghisap madu dengan ceria
Nikmatilah hidup dengan optimis
Dengan penuh syukur dan bahagia
Surakarta Hadiningrat, 11 November 2024
Menyemai dan Menuai
Oleh: Sri Sugiastuti
manisnya kata muluskan hajat
ilmu memikat penuhi hasrat
bangga saat berkhianat
demi ambisi syahwat mencuat
kau semai dengan licik
seribu ucap berbuih
licinnya lidah penuh rayuan
kapan kan tunaikan janjimu
belasan purnama aku menunggu
harap cemas bermain di kening
jangan salahkan
bila ada coreng di wajah
citramu hancur
netizen menghakimi
saatnya menuai
ada murka-Nya
berakhir pada sesal
tak berujung
Soloraya, 31 Juli 2024
Penghuni Rumah Kosong
Rita Audriyanti
“Saya berenti, Pak. Gak kuat kerja di sini. Saya digodain terus. Kepala perempuan itu selalu nongol dari jendela. Ini sudah tiga kali. Saya takut,” kata Slamet sambil memasukkan pakaiannya ke dalam ransel lalu bergegas numpak ojek yang sudah menunggu.
Ipin melepas Slamet sampai hilang di ujung gang. Dibuangnya puntung rokok di selipan jarinya.
“Gitu aja takut.” Ipin berguman dengan senyum miring. Cuma dia satu-satunya tukang yang masih berani tidur di lokasi kerja. Dua malam lalu, Ipin nekad mengejar sosok perempuan ke arah kamar utama di lantai dua. Sosok berambut panjang itu cekikikan. Ipin ingin menjambaknya. Begitu tiba di depan kamar, sosok gaib itu hilang membentuk gumpalan asap.
“Gila kau, setan!” teriak Ipin marah.
Tak sengaja, matanya tertuju ke lantai.
“Rambut siapa ini? Pasti kuntilanak itu!”
Dipungutnya lalu dimasukkan ke dalam dompet.
Tukang terus datang dan pergi. Sunik, tukang paling muda berbadan ceking, baru dua hari bergabung. Ipin mengajaknya tinggal bersama. Sunik mau. Malam hari, keduanya menghabiskan waktu sambil ngobrol. Api unggun dari sisa kayu menghangatkan malam dan mengusir nyamuk. Tapi, mata Sunik selalu melirik ke arah kamar mandi. Seperti ada orang.
“Iya, Mas, sebentar,” tiba-tiba Sunik berkata sambil mengangguk ke arah kamar mandi.
“Siapa?” tanya Ipin.
“Itu, Mas Tarjo. Tukang aduk semen. Dari saya datang ngajak ngobrol mulu,” kata Sunik bangkit menuju kamar mandi tempat penyimpanan semen dan cangkul.
Ipin kaget. Tarjo? Ia sudah lama meninggal. Tarjo jatuh dari lantai sepuluh waktu sama-sama membangun apartemen.
Kejadian yang sama terulang lagi malam-malam berikutnya. Sunik asyik bercengkrama dengan Tarjo di depan kamar mandi. Ipin membiarkan. Kata Sunik, siang hari Tarjo ikut bekerja walau tanpa bicara. Tukang yang lain tidak ada yang tahu.
“Sunik, Tarjo malam ini di sini lagi, gak?” tanya Ipin penasaran.
“Katanya sudah izin mandor pulang kampung.”
Malam terakhir sebelum serah terima kunci, Ipin mengecek semua kamar. Begitu pintu kamar utama dibuka, Ipin meloncat kaget. Ada sosok perempuan tepat di hadapannya. Berhadap-hadapan. Separuh wajahnya tertutup rambut dan sebagian lagi penuh darah. Saking kagetnya, Ipin jatuh terduduk. Lemas. Dari lantai bawah, Sunik mendengar suara seperti orang jatuh.
“Mas…” Sunik berlari ke arah Mas Ipin.
Ipin berusaha bangun tapi tak berdaya.
“Kenapa, Mas? Pusing? Kubuatkan kopi, ya?” Ipin mengangguk pelan. Sunik membantunya berdiri.
Renovasi sudah selesai. Pak Ryan dan Bu Sinta menginap, menikmati rumah baru. Malam itu hujan rintik disertai angin kencang membuat dahan pohon berayun-ayun. Suara anjing tetangga melolong. Beberapa kali terdengar suara mendehem dekat kamar mandi. Bu Sinta menoleh tapi tidak ada siapapun.
Hari semakin malam. Obrolan suami isteri ini sudah ke sana ke mari. Mata keduanya pun semakin berat. Akhirnya, mereka tertidur di ruang tamu, di sofa masing-masing.
Baru saja keduanya terpejam, terdengar suara ‘cekrek’ empat kali disertai lampu padam lalu nyala lagi. Bu Sinta membuka mata. Diintipnya stop kontak sumber suara. Tidak ada sesiapa. Bu Sinta mulai takut. Lalu ia menutup sekujur tubuhnya dengan selimut.
Saat sarapan, Bu Sita bertanya, “Semalam ada yang mainin lampu, Pak. Dimatiin. Diidupin. Matiin. Idupin lagi.”
“Loh. Kirain Ibu yang lakuin…”
Bu Sinta kaget. Ia tersedak.
Jakarta, 30/7/2024
Pesantren
Oleh: Ari Susanah
Hari ini tepat dua minggu putri sulung kami yang baru lulus dari bangku sekolah Dasar belajar di pesantren. Sesuai dengan peraturan pesantren yang berlaku saat ini, sebelum 40 hari seluruh santri dilarang untuk dikunjungi. Tak terkecuali dengan putri kami.
Namun Senin kemarin, salah satu pengurus memberi kabar kepada kami bahwa orang tua wali murid diizinkan untuk menelpon. Bahkan lebih dari itu, kami diizinkan menggunakan video call. Senang sekali rasanya bisa melihat putri sulung kami bertambah dewasa dan mandiri.
Namun sayangnya saya lupa menanyakan batas waktu untuk menelpon. Yang saya tahu hanya bisa melakukan komunikasi setelah jam pulang sekolah. Kira-kira sekitar lewat pukul 14.30.
Saya sengaja menunggu suami pulang mengajar terlebih dahulu. Suami saya biasa pulang mengajar pada pukul 17.30. Langsung seketika suami pulang, saya langsung mengirim chat pada nomor pengurusnya. Saya sampaikan bahwa kami baru sempat menelpon. Dan ternyata langsung mendapatkan respon balasan. Akan tetapi di luar perkiraan saya. Jam batas waktu untuk menelpon telah usai. Kami diminta untuk menelpon minggu selanjutnya.
Rasanya kecewa dan sedikit menyesal, mengapa tidak dari tadi-tadi siang tanpa menunggu Abinya pulang terlebih dahulu. Kasian juga sulungku pikirku dalam hati.
Tiba-tiba handphone sayapun berdering. Dari arah sana pengurus memberi tahu bahwa kami mendapat dispensasi untuk kali ini. Karena mungkin baru pertama kali bisa menelpon. Kami diberikan waktu 5 menit untuk bisa berkomunikasi. Dan juga karena mungkin pengurus yang saya belum kenal namanya tersebut tahu bahwa sulung kami begitu berharap bisa bertemu dengan orang tuanya meskipun hanya lewat video call.
Setelah dapat tersambung dengan putri kami, rasa haru pun menyeruak dan meleleh air mata kami. 5 menit rasanya cukup untuk membayar rasa rindu kami. Juga karena sebentar lagi adzan Maghrib akan berkumandang. Kami bersyukur telah diberikan waktu untuk berjumpa lewat video call.
Sehat selalu untuk Sholehahku, putri sulungku. Semoga Allah selalu memberikan keberkahan ilmu dan perlindungan untuk nya. Aamiin ya rabbal alamiin
Tambun Selatan, 30 Juli 2024
Mendekap Malam
Jumantara tersaput mega
Kegelapan menyelimuti bentala
Siang berkawan baskara
Berganti malam bertabur gemintang
Malam menyiratkan keheningan
Menyimpan sepi dan tenang
Tempat mengistirahatkan raga
Serta jiwa yang nendekap malam
Duhai, malam begitu memikat!
Binar bintang memunjukkan pesonanya
Menemani hati menginstropkesi diri
Atas tindak tanduk hari ini
Elegi Senja
Kala itu
Hari menuju sandyakala
Gurat merahnya menghiasi mega
Tampak elok memikat mata
Keindahannya menjadi penanda
Kau pergi tanpa berpamitan
Bagai daun yang berguguran
Perlahan meninggalkan rantingnya
Kulepas kau dengan sejuta kenangan
Pada ribuan hembusan nafasku yang begitu menyesakkan
Canda tawamu dahulu adalah milikku
Tapi kini telah sirna bagai titik-titik kehilangan temu
(Dyah Imani)
Tulisan 2 : Digitalisasi, Transformasi Administrasi
Oleh. Syaiful Hidayat
Di era digital ini, transformasi administrasi menjadi kebutuhan yang mendesak bagi berbagai sektor, baik itu pemerintahan, bisnis, maupun pendidikan. Digitalisasi administrasi bukan hanya tentang mengubah format dokumen dari kertas ke digital, tetapi juga melibatkan perubahan proses, budaya, dan cara kerja yang lebih efisien dan efektif. Transformasi ini memiliki dampak signifikan terhadap berbagai aspek, mulai dari efisiensi kerja hingga peningkatan pelayanan kepada masyarakat.
Klik untuk dibaca https://syaiful-hidayat.my.id/2024/07/30/tulisan-2-digitalisasi-transformasi-administrasi/
Lidah Mertua
Oleh: Sri Sugiastuti
Senyum manis bernada sinis
Hiasi ruang lembab
Kata orang kau
Si pembawa sial
Kata orang kau
dewi keberuntungan
Hatimu tegar
Tak peduli orang mencibir
Lidah Mertua
Tetap memesona
Saat semua orang bilang
Kau berbisa dan tak berguna
Di tepi jalan kaulah penyerap racun
Manusia hanya bisa mencerca
Melihat dari kasat netra
Menipis rasa percaya
Berpikir tanpa rasa
Ambyar
Soloraya, 31 Juli 2024
RUMAH TAHANAN
@srirahayu
kokoh berdiri
angkuh
dingin
sepi di tengah
keramaian
membalut duka
penghuninya
menyesal
tanpa daya
terpenjara
bersimpuh
melangitkan doa
taubatan nasuha
Kebonsari, 30.07.2024
P.2.0
TAHANAN KOTA
@srirahayu
aturan menjerat
atas tindakan
tak terduga
terlena
tak berizin
menjejakkan kaki
menerobos batas
cakrawala
terperangkap
menghiba
Kebonsari, 30.07.2024
P.2.0
TAHANAN RUMAH
@srirahayu
kebebasan
terampas
penguasa
mengatur
kehidupan
maya
dalam keburaman
meraih kemerdekaan
semu
keluarga mengekang
gamang bertindak
menjelang senja
tak berdaya
Kenonsari, 30.07.2024
P.2.0