• Diksi 1

    Halaman SDN Mataram Musi Rawas Mei 2024

  • Diksi 2

    SMP Terbuka TKB Batu Kucing Musi Rawas (Sekarang, Musi Rawas Utara)

  • Diksi 3

    Kegiatan Akhir Pengajar Praktik Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 9

  • Diksi 4

    Rumah Virus Literasi (RVL) Kopdar 2

  • Diksi 5

    Kota Kenangan

Tampilkan postingan dengan label Tata Bahasa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tata Bahasa. Tampilkan semua postingan

Mempraktikkan atau Memraktikkan, Sebuah Kajian Sederhana

 



Ketika saya bertanya kepada teman-teman tentang bentuk yang benar, mempraktikkan atau memraktikkan? Teman saya menjawab, "Buka saja Kamus Besar Bahasa Indonesia V. Repot amat!" Saya pun membuka KBBI daring. Kata yang saya temukan adalah kata mempraktikkan. Ketika mengetikkan kata memraktikkan, ada jawaban di sana.

Maaf, tidak ditemukan kata yang dicari
Anda mencari kata memraktikkan dalam huruf kapital MEMRAKTIKKAN

Pertanyan berikutnya, mengapa seperti itu? Bukankah "p" itu luluh jika bertemu dengan awalan me-?

Sahabat Diksi, acuan bagi ahli bahasa dan masyarakat yang berpendidikan dalam menentukan bentuk bahasa baku resmi yang digunakan dalam komunikasi lisan dan tulis adalah buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jika tidak sempat membeli buku versi cetaknya, acuanbahasa.kemdikbud.go.id sudah menyediakan secara daring melalui laman https://acuanbahasa.kemdikbud.go.id/

Untuk bisa mengakses, Anda harus login dengan akun yang sudah didaftarkan. Jadi untuk bisa mengakses laman tersebut, Anda harus mendaftar terlebih dahulu.

Pada laman tersebut, saya memilih dan mengeklik buku ini.



Tersedia daftar isi buku di sebelah kanan gambar tersebut. Anda dapat memilih sesuai kebutuhan. 

Kembali pada pertanyaan, mengapa bentuk mempraktikkan adalah bentuk yang benar menurut kaidah kebahasaan ketimbang bentuk memraktikkan?

Sahabat Diksi, pada halaman 120 buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia tersebut terdapat penjelasan tentang morfofenemik prefik meng-. Ada 8 kaidah morfofonemik untuk prefiks meng-. Tentu yang kita cari kaidah berkaitan dengan pertanyaan saya tadi.

Untuk menjawab pertanyaan itu, kita mengikuti kaidah ke-7 yakni, jika ditambahkan pada pangkal yang bergugus konsonan, seperti fonem /pr/, /pl/, prefiks meng- tidak berasimilasi dengan konsonan awal pangkal itu. Jadi, gugus konsonan pangkal itu tidak tunduk pada kaidah peluluhan. 

meng + produksi menjadi memproduksi

meng + proses menjadi memproses

meng + plester menjadi memplester

meng + plonco menjadi memplonco

Berdasarkan kaidah tersebut, maka kata praktik jika mendapat afiks meng-kan penulisannya menjadi mempraktikkan.

Duh! Berat sekali bahasa pada ulasan itu, ya? Adakah penjelasan yang mudah diingat dan dipahami orang awam seperti saya?

Begini, dari kaidah yang diuraikan dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia tersebut ada pihak yang menyimpulkan bahwa terdapat empat kata yang jika diberi prefiks meng- (bahasa kaidah) atau diberi awalan me- (istilah yang banyak dijumpai) akan luluh. Keempat kata yang diawali dengan fonem /k/, /p/, /t/, dan /s/ akan luluh seperti gambar di bawah ini



kikir     >    mengikir

panah    >     memanah

tuduh    >    menuduh

sapu    >    menyapu


Bandingkan dengan:

meng + klasifikasi > mengklasifikasi
meng + transfer > mentranfer
meng + khayal > mengkhayal
meng + syukuri > mensyukuri

Perlu diperhatikan juga, jika bentuk dasarnya kata berawalan per- (misalnya pertinggi, pertegas, perdalam). Meskipun diberi imbuhan meng- tidak luluh. Jadi, bentuk yang benar mempertinggi, mempertegas, memperdalam.

Kesimpulan

Kata dasar berhuruf awal konsonan k, p, t, s, jika huruf kedua vokal maka luluh menjadi meng-, mem-, men-, dan meny-.
Jika huruf kedua kata dasar berhuruf awal konsonan k, p, t, s, adalah konsonan, maka tidak luluh.

Nah, meluluhkan "p" pada kata dasar memang lebih mudah daripada meluluhkan hati yang keras. Namun, perhatikan rambu-rambu agar tidak melanggar.


Share:

Yuk, Gunakan Kata Depan "di" dan "pada" dengan Tepat!

 




Jika kita buka kbbi.web.id Kata depan "di" adalah kata depan untuk menandai tempat. Sedangkan kata "pada" adalah kata depan yang searti dengan "di". Kata "pada" dipakai di depan/sebelum kata benda, kata ganti orang, dan keterangan waktu. Kata "pada" juga dipakai serangkai sesudah kata "ke".

Contoh pemakaian:

di pasar

di sekolah

di atas

di rumah

pada tahun (benar)                di tahun (tidak benar)

pada masa (benar)                di masa (tidak benar)

pada abad (benar)                di abad (tidak benar)

pada pagi hari (benar)          di pagi hari (tidak benar)


Contoh dalam kalimat yang saya baca dari beberap blog teman.

Fungsi bahasa adalah sebagai alat atau sarana untuk berpikir sehingga terciptan interaksi dan komunikasi pada diri manusia. 

Awalnya Yummy App hadir di media sosial Facebook dan Instagram pada 2016.

Jelas, karena pada hari Minggu kami semua libur.

Pada pembahasan tentang Bab Sistem Gerak Manusia, saya hanya menggunakan sebagian materi yang penting saja untuk saya ajarkan kepada peserta didik di musim pandemi seperti sekarang ini.

Saya percaya akan bisa melakukannya dengan baik pada akhirnya. 

Setelah saya periksa di KBBI V, penulisan yang benar dalam bahasa Indonesia adalah bloger, ditulis dengan satu huruf g.

Kesimpulan

Simpel, 'kan? Aturan penulisan kata depan bahasa Indonesia ternyata mudah. Kata "di" digunakan untuk menandai tempat, sedangkan kata "pada" digunakan untuk selain tempat. Jangan keliru lagi, ya!



Share:

Pengikut Diksi

Beli Domain Banyak Discount

www.domainesia.com

Postingan Populer

Label

Recent Posts

Theme Support

Butuh bantuan kami untuk upload atau kustomisasi Template blog ini? Hubungi Saya dapatkan detail kustomisasi tema yang Anda butuhkan.